TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf Triawan Munaf mengatakan, World Conference on Creative Economy atau Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia (WCCE) pada 2020 akan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab. Keputusan ini diambil dan menjadi bagian dari 21 poin yang dideklarasikan dalam puncak acara WCCE di Nusa Dua, Bali, Kamis, 8 November 2018.
Baca: Asal-usul Konferensi WCCE di Indonesia
"Sudah pasti di Dubai dua tahun lagi, alasannya karena mereka serius dan secara geografis juga ada di tengah," kata Triawan di Nusa Dua, Bali. Menurut Triawan, Dubai juga memiliki fasilitas dan infrastruktur mumpuni untuk menggelar sebuah konferensi tingkat dunia, sehingga persiapan selama dua tahun dirasa cukup bagi negara yang terletak di pantai Teluk Persia UEA tersebut.
Triawan menjelaskan, Indonesia sebagai pemilik brand WCCE ingin melihat tansformasi negara, yang sebelumnya mengandalkan sumber daya alam dalam kegiatan perekonomiannya, kemudian mulai mengembangkan ekonomi kreatif. "Kita juga mau melihat sebuah transformasi negara di Arab, seperti Saudi juga kan bertransformasi dari minyak ke industri kreatif. Jadi, kita masuk ke sana," tutur Triawan.
Selain Dubai, kota yang berminat menggelar acara serupa adalah Bogota, Kolombia. Namun Dubai menunjukkan keseriusannya saat menghadiri WCCE 2018 di Nusa Dua. WCCE merupakan konferensi tingkat dunia pertama yang membahas ekonomi kreatif dan digelar oleh Bekraf bersama Kementerian Luar Negeri RI.
Acara ini diikuti delegasi lebih dari 30 negara dan 1.500 peserta. Mengusung tema inclusively creative, Indonesia menyampaikan pesan ke dunia bahwa ekonomi kreatif berpotensi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi negara.
Berikut ini 21 poin yang dideklarasikan di acara penutupan WCCE hari ini, Kamis, 8 November 2018. Keputusan yang diberi nama 21 Poin Bali Agenda on Creative Economy ini dibagi menjadi 4 faktor utama.
I. Kolaborasi